Pada tahun 317 H muncul di Maroko sebuah kelompok yang
di kenal dengan Fatimiyyun (pengaku keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib)
yang di pelopori oleh Abu Muhammad Ubeidullah bin Maimun al-Qoddah. Dia adalah
seorang Yahudi yang berprofesi sebagai tukang wenter, dia pura-pura masuk ke
dalam Islam lalu pergi ke Silmiyah negeri Maroko. Kemudian dia mengaku
sebagai keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib dan hal ini pun di percaya dengan
mudah oleh orang-orang di Maroko hingga dia memiliki kekuasaan.
Ibnu Kholkhon[4] berkata tentang nasab Ubeidillah bin
Maimun al-Qoddah : “Semua Ulama sepakat untuk mengingkari silsilah nasab
keturunannya dan mereka semua mengatakan bahwa, semua yang menisbatkan dirinya
kepada Fatimiyyun adalah pendusta. Sesungguhnya mereka itu berasal dari Yahudi
dari Silmiyah negeri Syam dari keturunan al-Qoddah. Ubeidillah binasa pada
tahun 322 H, tapi keturunannya yang bernama al-Mu’iz bisa berkuasa di Mesir dan
kekuasan Ubeidiyyun atau Fatimiyyun ini bisa bertahan hingga 2 abad lamanya
hingga mereka dibinasakan oleh Sholahuddin al-Ayubi pada tahun 546 H.” [5]
Perlu diketahui bahwa Maimun al-Qoddah ini adalah
pendiri madzhab/aliran Bathiniyyah yang didirikan untuk menghancurkan Islam
dari dalam. Aqidah mereka sudah keluar dari Islam bahkan mereka lebih sesat dan
lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani. Tidak ada yang bisa membuktikan akan
hal ini kecuali sejarah mereka yang bengis dan kejam terhadap kaum muslimin,
diantaranya : pada tahun 317 H ketika mereka telah sangat berkuasa dan bisa
sampai ke Ka’bah mereka membunuh jama’ah haji yang sedang berthowaf pada hari
Tarwiyah (8 Dzulhijjah). Mereka jadikan Masjid Haram dan Ka’bah lautan darah di
bawah kepemimpinan dedengkot mereka Abu Thohir al-Janaabi.
Abu Thohir ketika pembantaian ini duduk di atas pintu
Ka’bah menyaksikan pembunuhan terhadap kaum muslimin/jama’ah haji di Masjid
Haram dan dibulan haram/suci. Dia mengatakan : “Akulah Allah, Akulah Allah,
Akulah yang menciptakan dan Akulah yang membinasakan” -Mahasuci Allah dari apa
yang ia katakan -. Tidak ada seorang yang thowaf dan bergantung di Kiswah
Ka’bah melainkan mereka bunuh satu persatu.
Setelah itu mereka buang jasad-jasad tersebut ke sumur
zam-zam. Dan mereka cungkil pintu Ka’bah dan mereka sobek kiswah Ka’bah serta
mereka ambil hajar aswad dengan paksa. Pemimpin mereka (Abu Thohir) ketika
melakukan hal tersebut dia mengatakan : “Dimana itu burung (Ababil), mana itu
batu-batu yang (di buat melempar Abrahah)???” Mereka menyimpan hajar aswad di
Mesir selama 22 tahun.[6] Ini adalah gambaran singkat kekufuran Bathiniyyah
Bagaimana Pendapat Ulama Tentang Kelompok Bathiniyyah
(Fatimiyyun)???
Imam Abdul Qohir al-Baghdady (meninggal tahun 429 H)
-rahimahullah- berkata : “Madzhab Bathiniyyah bukan dari Islam, tapi dia dari
kelompok Majusi (penyembah api)[7]. Beliau juga berkata : “Ketahuilah bahwa
bahayanya Bathiniyyah ini terhadap kaum muslimin lebih besar dari pada
bahayanya Yahudi, Nasrani, Majusi serta dari semua orang kafir bahkan lebih
dahsyat dari bahayanya Dajjal yang akan muncul di akhir zaman.” [8]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah-
mengatakan : “Sesungguhnya Bathiniyyah itu orang yang paling fasik dan kafir.
Barangsiapa yang mengira bahwa mereka itu orang yang beriman dan bertakwa serta
membenarkan silsilah nasab mereka (pengakuan mereka dari keturunan ahli
bait/Ali bin Abi Tholib,-pent) maka orang tersebut telah bersaksi tanpa ilmu.
Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
memiliki pengetahuan tentangnya” (QS. Al-Isra: 36)
Dan Allah berfirman :
“Kecuali orang yang bersaksi dengan kebenaran sedang
dia mengetahui” (QS.Az-Zukhruf : 86)
Para Ulama telah sepakat bahwa mereka adalah
orang-orang zindik dan munafik. Mereka menampakkan ke-Islaman dan
menyembunyikan kekufuran. Para Ulama juga sepakat bahwa pengakuan nasab mereka
dari silsilah ahlul bait tidaklah benar. Para Ulama juga mengatakan bahwa
mereka itu berasal dari keturunan Majusi dan Yahudi. Hal ini sudah tidak asing
lagi bagi Ulama dari setiap madzhab baik Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah,
maupun Hanabilah serta ahli hadits, ahli kalam, pakar nasab dll (Majmu Fatawa
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 35/120-132)
0 komentar:
Posting Komentar