Apabila
seseorang diuji dengan banyak makan, para malaikat menangisinya karena kasihan
kepadanya, barang siapa yang diuji dengan senang (getol) makan, maka
sesungguhnya dia telah menyalakan api syahwatnya.
Rasa kenyang
bagaikan sungai dalam tubuh manusia yang suka didatangi setan dan rasa lapar
bagaikan sungai dalam ruh manusia yang suka didatangi oleh para malaikat. Setan
kalah oleh orang yang lapar lagi tidur, maka terlebih lagi kalahnya oleh orang
lapar yang bangun. Setan memeluk orang kenyang yang bangun, maka terlebih lagi
orang kenyang yang tidur. Kalbu muriid (yang menempuh jalan akhirat) yang benar
menjerit (meminta tolong) kepada Allah dari (bahaya) makan dan minum.
Berjihadlah
melawa hawa nafsu dengan pedang riyadhah (latihan) dan riyadhah itu ada 4 macam
:
(1). sedikit
makan, dengan sedikit makan akan matilah nafsu syahwat.
(2). sedikit
tidur, dengan sedikit tidur terlahirlah iradah (kehendak) yang jernih.
(3). bicara
seperlunya, dengan sedikit bicara terlahirlah keselamatan dari bencana.
(4) sabar
menghadapi gangguan yang menyakitkan hati dari semua orang, dengan sabar
menanggung gangguan yang menyakitkan, akan terlahirlah kemudahan untuk mencapai
tujuan.
Tiada
sesuatu pun yang terasa lebih berat bagi seorang hamba, selain sikap penyantun
saat sedang emosi dan sabar terhadap gangguan yang menyakitkan. Apabila
bergerak dari dalam diri keinginan syahwatnya dan dorongan melakukan dosa-dosa
dan bergeloralah darinya keinginan merasakan manisnya kata-kata yang tak
berguna, maka terhunuslah pedang sedikit makan dari sarung tahajjud dan sedikit
tidur, lalu dipukulkan dengan tangan-tangan yang dingin dan sedikit bicara
sehingga terputuslah ia dari kezaliman dan ingin balas dendam.
Selanjutnya
Anda selamat dari kesudahannya yang membinasakan, hidup dengan tenang diantara
manusia lainnya, dan jernih dari kegelapan nafsu syhwatnya, sehingga Anda
selamat dari bencana yang diakibatkan oleh kerusakannya Pada saat itu Anda
menjadi bersih bagaikan cahaya dan ringan bagaikan ruh, sehingga Anda dapat
berkeliling di medan kebaikan dan berjalan-jalan menempuh jalan-jalan ketaatan
bagaikan kuda pilihan yang mengelilingi lapangan atau bagaikan malaikat yang
sedang berekreasi di taman yang indah.
Musuh
manusia ada 3 yaitu :
(1).
dunianya, karenanya waspadailah duniawi itu dengan berzuhud terhadapnya.
(2).
setannya, karenanya waspadailah setan dengan menentangnya.
(3). hawa
nafsunya, karenanya waspadailah hawa nafsu itu dengan meninggalkan
keinginan-keinginannya.
Berapa
banyak orang yang beristighfar (memohon ampun) dimurkai dan orang yang diam
disayangi. Selanjutnya Yahya Bin Mu’adz melanjutkan : “Orang ini meminta ampun
kepada Allah, tetapi hatinya durhaka. Orang ini diam, tetapi hatinya
berdzikir.” Hakikat cinta ialah tidak bertambah karena mendekat dan tidak
berkurang karena menjauh.
Hai anak
Adam, kamu mencari dunia seperti orang yang harus mendapatkannya dan kamu
mencari akhirat seperti orang yang tidak memerlukannya, padahal dunia telah
dicukupkan kepadamu sekalipun kamu tidak mencarinya. Akan tetapi, akhirat hanya
dapat kamu peroleh dengan usahamu. Oleh karena itu, pikirkanlah keadaanmu.
Padang di
dunia ditempuh dengan kaki dan padang di akhirat ditempuh dengan kalbu.
Agamamu
masih tetap tercabik-cabik (tambal sulam) selama hati kamu masih bergantung
pada cinta duniawi.
Surga
dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai dan kamu membencinya. Neraka
dikelilingi oleh hal-hal yang menyenangkan dan kamu mencarinya. Oleh karena itu
tiadalah kamu melainkan seperti pasien yang sakit keras. Jika ia dapat menahan
diri terhadap pahitnya obat, ia akan beroleh kesembuhan dengan kesabarannya.
Jika ia tidak mampu menahan diri terhadap obat yang dberikan, akan bertambah
parahlah penyakit yang menggerogotinya.
Janganlah
kamu mengambil teman, kecuali yang mempunyai tiga pekerti:
(1). yang
mengingatkan kamu akan akibat buruk dosa-dosa .
(2). yang
mengenalkan kamu akan kotoran hal-hal yang tercela
(3) yang
menuntun kamu kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui semua yang ghoib.
(Sumber:
Cambuk Hati, ‘Aidh bin Abdullah al Qarni, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2004)
0 komentar:
Posting Komentar