Selasa, 22 Oktober 2013

Menunduklah, Semua akan Menjadi Milikmu


Setiap orang pasti mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, menyayangi orang yang memenuhi kebutuhannya dan membenci orang yang  berbuat jahat dan merugikan dirinya. Seorang penyair Arab berkata,”

أحسن إلى الناس تستعبد قلوبهم … فطالما استعبد الإنسان إحسان

baiklah kepada orang lain, maka kamu akan memperbudak hatinya,
     Sejak lama manusia diperbudak oleh perlakuan baik orang lain”

Berbuat baik tidak harus dalam bentuk skala besar atau luas jangkauannya. Skala kecil yang riil dan tertib urut – urutannya lebih baik daripada besar tetapi baru dalam taraf obsesi atau angan – angan. Kebaikan yang dilakukan dengan dimulai dari lingkungan terdekat lebih baik baik daripada yang dimulai dari lingkungan terjauh.

Komunitas terdekat dengan kita adalah komunitas keluarga dan para kerabat. Rasulullah SAW bersabda,” sebaik – baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan akulah orang yang terbaik terhadap keluargaku “ HR.Turmudzi, Baihaqi dan Thabrani. Ketika Siti Aisyah RA ditanya mengenai kebiasaan Nabi didalam rumah , dia menjawab,” beliau turut mengerjakan pekerjaan rumah di dapur, jika tiba waktu shalat, beliau berwudhu’ dan keluar untuk shalat “ HR. Bukhari, Ahmad dan Turmudzi.

Kemudian tetangga, karena pagar – pagar rumah terbaik bukan besi tralis, aluminium, besi baja atau benteng tembok yang tinggi, tetapi tetangga yang baik dan  mencintai kita dengan sepenuh hati. ,” Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya”.HR.Bukhari.

“ Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga berobsesi untuk saudaranya atau ( beliau berkata ; tetangganya ) seperti obsesinya untuk dirinya sendiri “ HR.Muslim dan Ahmad. Tetangga disini bisa diperluas bukan sekedar orang – orang yang tinggal disekitar rumah kita, tetapi juga tetangga pekerjaan, jabatan, profesi dan mereka yang memilki aktivitas yang berdekatan dengan aktivitas kita. Berusahalah mencintai tetangga, mulai dengan mengucapkan salam setiap kali berjumpa, menjenguknya dikala sakit menghampirinya, menghibur dikala sedih karena musibah yang menimpanya,  berbahagia atas kebahagiaannya, tidak lupa berbagi rizki, tutupi aibnya dan jangan mencari – cari keburukannya. Rasulullah SAW bersabda,” Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman,”, kemudian ada seseorang yang bertanya,” siapakah orang itu wahai Rasulullah ?”. “ Dialah orang yang tetangganya tidak bisa nyaman dari keburukannya “, jawab beliau ” HR. Bukhari. Orang yang sukses melakukan kebaikan kepada orang – orang yang berada nun jauh disana, tetapi acuh teradap lingkungannya, sebenarnya dia bukan orang baik dan sukses. Pasti karena ada kepentingan lain dibalik itu semua. Dan orang tersebut akan menerima kerugian yang banyak dikemudian hari.

Setela itu mitra kerja atau partnermu; jika kamu seorang dokter, maka pasienmu, jika kamu guru atau dosen, maka murid atau mahasiswamu, jika kamu seorang pegawai negeri atau swasta, maka setiap orang yang ada kepentingan dengan tugas – tugasmu, jika kamu seorang sopir, maka para penumpang dan kondektur atau kennekmu,dan begitu seterusnya. Berperilaku simpatik kepada mereka akan melahirkan kekompakan, dan kekompakan merupakan syarat utama bagi kesuksesan. Ingat, sesuatu yang sulit dan berat, akan menjadi mudah dan ringan dengan adanya kekompakan. Dan begitu juga sebaliknya. Saya kira, semua sepakat dengan pepatah yang berkata ,” Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh ( bukan kawin lagi ) “.

Meskipun pepatah tadi diajarkan sejak diseluruh sekolah dasar di negeri kita tercinta ini, kenyataannya ; lain teori, lain pula prakteknya.   Aparatur negara – sebagai penerima amanah – banyak yang menunjukkan arogansinya kepada rakyatnya, tidak serius dalam memberikan pelayanan kepada rakyat, bahkan terkadang sengaja mempersulit sesuatu yang mestinya mudah. Muncul anekdot,” kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah “. Maka jangan tiru mereka itu, dan semoga kita tidak termasuk orang yang mendapatkan perlakuan  tidak bersahabat tersebut. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda,” barangsiapa yang oleh Allah diangkat untuk mengurus urusan kaum muslimin, lalu dia memperlambat pemenuhan kebutuhan mereka dan persahabatan serta kefakiran mereka, maka Allah akan bertindak demikian pula kepada orang tersebut di hari kiamat kelak “.

Penting bagi kita untuk membumi atau menjiwai ” bumi ” yang banyak memberi tanpa pamrih. ” dari bumi kami menciptakan kamu, dan kepadanya kami mengembalikanmu dan darinya kami keluarkan kamu dilain kali ” QS : Thaha ; 55. Menunduk bukan berarti takluk, mengalah bukan berarti kalah,  dengan menghilangkan arogansi “api“ lalu menjadi “bumi“, berarti kita membentangkan ruang tempat tumbuh berkembangnya biji-biji kemanusiaan, persahabatan dan kedamaian serta keakraban antar sesama. Mau apa tidak, jawab sendiri ?!.

Kebiasaan mengabaikan lingkungan terdekat, akan sangat merugikan diri sendiri. Bukankah mereka itu orang – orang yang lebih sering ketemu dengan kita ? Siti Khadijah RA pernah memberikan ilustrasi mengenai kepribadian Rasulullah SAW yang amat indah mempesona ,” sesungguhnya Engkau orang yang menyambung persaudaraan, mau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, memberi mereka yang papa, menghormati tamu dan membantu orang – orang sedang dalam kesusahan “HR. Bukhari – Muslim. Sangat disayangkan bukan, jika semangat menghidupkan sunnah Rasul hanya sekedar menyentuh hal – hal yang bersifat assesoris belaka, seperti baju gamis dan jenggot.

Author: Muzammil, Yogyakarta


0 komentar:

Posting Komentar

uang download

 
Template designed by Liza Burhan