Setiap
orang pasti mencintai orang yang berbuat baik kepadanya, menyayangi
orang yang memenuhi kebutuhannya dan membenci orang yang berbuat jahat
dan merugikan dirinya. Seorang penyair Arab berkata,”
أحسن إلى الناس تستعبد قلوبهم … فطالما استعبد الإنسان إحسان
“ baiklah kepada orang lain, maka kamu akan memperbudak hatinya,
Sejak lama manusia diperbudak oleh perlakuan baik orang lain”
Berbuat
baik tidak harus dalam bentuk skala besar atau luas jangkauannya. Skala
kecil yang riil dan tertib urut – urutannya lebih baik daripada besar
tetapi baru dalam taraf obsesi atau angan – angan. Kebaikan yang
dilakukan dengan dimulai dari lingkungan terdekat lebih baik baik
daripada yang dimulai dari lingkungan terjauh.
Komunitas terdekat dengan kita adalah komunitas keluarga dan para kerabat. Rasulullah SAW bersabda,” sebaik – baik kamu adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan akulah orang yang terbaik terhadap keluargaku “ HR.Turmudzi, Baihaqi dan Thabrani. Ketika Siti Aisyah RA ditanya mengenai kebiasaan Nabi didalam rumah , dia menjawab,” beliau turut mengerjakan pekerjaan rumah di dapur, jika tiba waktu shalat, beliau berwudhu’ dan keluar untuk shalat “ HR. Bukhari, Ahmad dan Turmudzi.
Kemudian
tetangga, karena pagar – pagar rumah terbaik bukan besi tralis,
aluminium, besi baja atau benteng tembok yang tinggi, tetapi tetangga
yang baik dan mencintai kita dengan sepenuh hati. ,” Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya”.HR.Bukhari.
“ Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga berobsesi untuk saudaranya atau ( beliau berkata ; tetangganya ) seperti obsesinya untuk dirinya sendiri “
HR.Muslim dan Ahmad. Tetangga disini bisa diperluas bukan sekedar orang
– orang yang tinggal disekitar rumah kita, tetapi juga tetangga
pekerjaan, jabatan, profesi dan mereka yang memilki aktivitas yang
berdekatan dengan aktivitas kita. Berusahalah mencintai tetangga, mulai
dengan mengucapkan salam setiap kali berjumpa, menjenguknya dikala sakit
menghampirinya, menghibur dikala sedih karena musibah yang menimpanya,
berbahagia atas kebahagiaannya, tidak lupa berbagi rizki, tutupi aibnya
dan jangan mencari – cari keburukannya. Rasulullah SAW bersabda,”
Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak
beriman,”, kemudian ada seseorang yang bertanya,” siapakah orang itu
wahai Rasulullah ?”. “ Dialah orang yang tetangganya tidak bisa nyaman
dari keburukannya “, jawab beliau ” HR. Bukhari. Orang yang sukses
melakukan kebaikan kepada orang – orang yang berada nun jauh disana,
tetapi acuh teradap lingkungannya, sebenarnya dia bukan orang baik dan
sukses. Pasti karena ada kepentingan lain dibalik itu semua. Dan orang
tersebut akan menerima kerugian yang banyak dikemudian hari.
Setela itu mitra kerja atau partnermu;
jika kamu seorang dokter, maka pasienmu, jika kamu guru atau dosen, maka
murid atau mahasiswamu, jika kamu seorang pegawai negeri atau swasta,
maka setiap orang yang ada kepentingan dengan tugas – tugasmu, jika kamu
seorang sopir, maka para penumpang dan kondektur atau kennekmu,dan
begitu seterusnya. Berperilaku simpatik kepada mereka akan melahirkan
kekompakan, dan kekompakan merupakan syarat utama bagi kesuksesan.
Ingat, sesuatu yang sulit dan berat, akan menjadi mudah dan ringan
dengan adanya kekompakan. Dan begitu juga sebaliknya. Saya kira, semua
sepakat dengan pepatah yang berkata ,” Bersatu kita teguh, bercerai kita
runtuh ( bukan kawin lagi ) “.
Meskipun
pepatah tadi diajarkan sejak diseluruh sekolah dasar di negeri kita
tercinta ini, kenyataannya ; lain teori, lain pula prakteknya.
Aparatur negara – sebagai penerima amanah – banyak yang menunjukkan
arogansinya kepada rakyatnya, tidak serius dalam memberikan pelayanan
kepada rakyat, bahkan terkadang sengaja mempersulit sesuatu yang
mestinya mudah. Muncul anekdot,” kalau bisa dipersulit, kenapa
dipermudah “. Maka jangan tiru mereka itu, dan semoga kita tidak
termasuk orang yang mendapatkan perlakuan tidak bersahabat tersebut.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Rasulullah SAW
bersabda,” barangsiapa
yang oleh Allah diangkat untuk mengurus urusan kaum muslimin, lalu dia
memperlambat pemenuhan kebutuhan mereka dan persahabatan serta kefakiran
mereka, maka Allah akan bertindak demikian pula kepada orang tersebut
di hari kiamat kelak “.
Penting bagi kita untuk membumi atau menjiwai ” bumi ” yang banyak memberi tanpa pamrih. ” dari bumi kami menciptakan kamu, dan kepadanya kami mengembalikanmu dan darinya kami keluarkan kamu dilain kali ” QS
: Thaha ; 55. Menunduk bukan berarti takluk, mengalah bukan berarti
kalah, dengan menghilangkan arogansi “api“ lalu menjadi “bumi“, berarti
kita membentangkan ruang tempat tumbuh berkembangnya biji-biji
kemanusiaan, persahabatan dan kedamaian serta keakraban antar sesama.
Mau apa tidak, jawab sendiri ?!.
Kebiasaan
mengabaikan lingkungan terdekat, akan sangat merugikan diri sendiri.
Bukankah mereka itu orang – orang yang lebih sering ketemu dengan kita ?
Siti Khadijah RA pernah memberikan ilustrasi mengenai kepribadian
Rasulullah SAW yang amat indah mempesona ,”
sesungguhnya Engkau orang yang menyambung persaudaraan, mau bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga, memberi mereka yang papa,
menghormati tamu dan membantu orang – orang sedang dalam kesusahan “HR.
Bukhari – Muslim. Sangat disayangkan bukan, jika semangat menghidupkan
sunnah Rasul hanya sekedar menyentuh hal – hal yang bersifat assesoris
belaka, seperti baju gamis dan jenggot.
Author: Muzammil, Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar