بسم الله الرحمن
الرحيم
Malam yang dingin itu, lutfi masih saja asyik dengan kebiasaan lamanya. Mabuk
mabukan, judi dengan ditemani wanita seksi, sudah biasa dalam kehidupannya.
Disaat semua orang terlena dengan mimpi mimpi tidurnya, ia malah makin nikmat
dengan permainan maksiatnya.
Tiba tiba hp nya berdering tanda sms masuk.
Sebentar kawan…ucap lutfi.
Segera pulang,
istrimu sedang dirumah sakit,
ia akan melahirkan.
Spontan ia terkejut. Lalu bergegas menghidupkan sepeda
motornya. Sampai dirumah sakit. Mertuanya langsung menyemprot nya dengan bumbu
bumbu ceramah. Ia tak ambil pusing, segera saja ia bertanya kepada dokter
tentang keadaan istrinya.
Lutfi memang termasuk bandit. Semua orang mengetahuinya. Tetapi ia tidak bisa
menghilangkan rasa cintanya pada sang istri yang begitu sabar menghadapi sifat
bejatnya.
Pernah suatu ketika, ia tertangkap oleh polisi dan dipenjara
beberapa bulan. Hanya istrinya yang selalu setia menjenguk dan membawakan
makanan ke penjara. Guna menjaga gizi sang suami tercinta. Itu terjadi pada
saat bulan kedua pernikahannya.
Dok. Gimana kondisi istriku…” Tanya lutfi pada dokter.
Tenang pak.. istri bapak besok akan segera kita operasi. Air ketubannya sudah
kering. Sekarang kita bantu dengan infus, kita akan persiapkan semuanya. Tolong
pak, diurus administrasinya”. Jelas dokter.
Baik pak.. saya minta tolong pak, berikan yang terbaik untuk istri saya..”.
Melihat suasana itu, mertuanya terlihat luluh, memang lutfi
dikenal masyarakat sebagai pemuda yang brandal, mungkin karena umurnya yang
masih muda, tetapi didalam relung hatinya, ia sangat mencintai istrinya.
Didepan kamar operasi, keluarga dan tetangga dekat telah menunggu apa yang akan
terjadi. Tiba tiba pintu ruang operasi terbuka, setelah dua jam mereka
menunggu.
Siapa ayahnya,,” suara perawat memecah kerisauan.
Saya mbak..” jawab lutfi spontan.
Selamat pak,,,” anak bapak laki laki.. ucap suster.
ALHAMDULILLAHHHH”. Teriak serentak diruangan itu.
“ Istri saya gimana mbak…
“ Tenang pak,,lagi dalam pemulihan, ia tak apa apa. Masih
dalam efek bius. Lebih baik bapak ikut saya keruang incubator, biar sikecil
langsung di azankan. Jelas mbak perawat.
Azan”..teriak halus bibirnya.
Seketika mendengar seruan untuk mengazankan anaknya. Sontak
kaki lutfi kaku bagai tak ada refleks untuk bergerak. Ia diam membisu, bibirnya
gemetar, ia bingung dengan apa yang terjadi. Keluarga yang melihat kejadian
itu, tidak begitu kaget, karena lutfi dikenal sebagai sosok yang tak tahu soal
agama.
Sholat aja tak pernah apalagi bacaannya”. Celetuk bibir usil
salah satu keluarga.
“ Ba…baik mbak..” jawab lutfi terbata.
Di ruang incubator, lutfi mengumandangkan azan ditelinga kanan putranya. Ia
memang tak pernah sholat, tapi ia sering mendengar suara azan berkumandang di
mesjid dekat rumahnya. Ia masih ingat nada nada seruan sholat itu, walaupun
tidak tau artinya tapi ia ingat betul urutannya.
“ ALLAHU AKBAR…ALLAHU AKBAR..”
“ LAAILAHAILLALLAHU..”
Keluarga yang sedang penasaran ingin melihat sang bayi, tepat didepan pintu
ruang incubator terkejut, heran, kagum, haru, menyaksikan suasana itu. Bisa
juga ya… anak itu azan”. Celetuk bibir ibu mertuanya.
Lutfi yang terdiam kaku melihat wajah bayi mungil itu, tak terasa matanya basah
meneteskan air bening hingga membasahi pipinya, kakinya kaku bagai dipasung,
badannya oleng tak seimbang hingga akhirnya ia roboh, membentuk posisi sujud
kepada Rabb nya. Ia bingung dengan kondisi dirinya.
“ apa yang terjadi…lirih hatinya kebingungan.
Keluarganya diluar lebih kaget melihat lutfi dengan posisi sujud itu. Adik ipar
yang hendak masuk untuk menolong abang iparnya itu dilarang pak mansyur
tetangga lutfi yang ikut menjeguk.
Biarkan saja, hidayah ALLAH sedang berproses pada dirinya. Jawab pak mansyur,
takmir mesjid dekat rumahnya.
Keluarga, tetangga dan para penjeguk dari teman temannya, haru terdiam melihat
suasana itu. Malah ibu mertuanya menangis menyaksikan peristiwa itu.
Lutfi masih sujud, air matanya sudah menggenangi lantai ruangan itu. Sudah
sepuluh menit ia dibiarkan begitu, tubuhnya yang masih lemas tiba tiba bangkit
mendengar tangisan putranya, seakan putranya tahu kondisi ayahnya. Dan menangis
memecah suasana. Tangisan itulah yang membawa cahaya bagi hidupnya.
By: Rudi Al-Farisi
0 komentar:
Posting Komentar